KITAMUDAMEDIA, Bontang – Banjir besar yang menerjang Kota Taman pada 04 Juni 2019 lalu masih menyisakan kesedihan bagi warga RT 16 Kelurahan Gunung Elai Bontang Utara.
Betapa tidak, jembatan kayu yang merupakan akses jalan terdekat bagi para petani dan beberapa pelajar Sekolah Dasar (SD) di lingkungan itu, putus dan rusak parah sehingga warga harus mencari jalan alternatif dengan jarak 10 kali lipat lebih jauh dibanding melewati jembatan di Jalan Pakis tersebut.
Jembatan sepanjang 12 meter dan lebar 1,2 meter yang terletak di sekitaran kebun warga itu terbelah menjadi dua bahkan lantai papan sebagi pijakan lenyap terbawa air hingga tak bisa dilewati.
Menurut Ketua RT 16 Gunung Elai, Boy Dalbo banjir awal bulan lalu adalah yang terparah sehingga merendam jembatan kayu yang berada di atas sungai, bahkan tanaman para petani di wilayah itu juga ikut menjadi korban.
Dijelaskan Boy, Jembatan itu biasanya diakses oleh 7 Kepala Keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani, mulai dari petani singkong, kol, sawi dan kangkung. Ditambah 8 pelajar SDN 010 Bontang Utara yang setiap harinya melewati jalur tersebut untuk menimba ilmu.
“Semenjak rusak ya mereka harus putar balik. Tapi kalau air sungai surut, beberapa petani memilih lewat sungai,” katanya.
Lebih lanjut Dalbo menambahkan bahwa Ia telah berupaya mendatangi Kelurahan, namun hasilnya nihil. Pasalnya, perbaikan jembatan tersebut tidak bisa masuk dalam prioritas Musrenbang. Selain itu, pihak Kelurahan juga tidak memiliki anggaran saat ini.
“Saya bingung harus mengadu ke siapa lagi, gak tega juga sama warga. Harapannya sih, ada yang mau memberikan bantuan minimal kayu ulin. Nanti untuk pengerjaannya, bisa kita kerjakan gotong royong dengan warga,” tuturnya.
Senada, Usman salah seorang warga yang sudah tinggal selama puluhan tahun ini merasa resah dengan kondisi jembatan yang setiap harinya ia lewati.
Kerusakan jembatan dengan ketinggian 8 meter dari bibir sungai ini menurut Usman cukup menghambat aktivitasnya bercocok tanam.
“Kami berharap jembatan segera diperbaiki, selain akses yang sulit, kerusakan jembatan juga menghambat pekerjaan kami. Kadang daripada harus mutar jauh lebih baik turun ke bawah lewat sungai,” ujar Usman. (Zee/ KA)