Ritual Mistis Para Pengikut Keraton Agung Sejagat

KITAMUDAMEDIA – Untuk meyakinkan pengikutnya, ‘raja’ Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Toto Santoso (42), mengaku mendapat wangsit untuk mendirikan kelanjutan Kerajaan Mataram, yang berpusat di Kecamatan Bayan, Purworejo. Dia juga menyakralkan sebuah batu besar yang diklaim sebagai prasasti.

Batu besar itu berjenis andesit dan dikatakan berasal dari Kecamatan Bruno, Purworejo. Batu itu dipahat untuk dijadikan sebagai prasasti kerajaan dan ditempatkan di bagian belakang ‘istana’ sisi kiri. Batu itu panjangnya sekitar 2 meter dan tinggi 1,5 meter.

“Katanya dari Bruno batu untuk prasasti itu. Dulu batunya tidak seperti itu, kayak batu kali, tapi kemudian dipahat,” kata warga setempat, Amat Riyanto, di area Keraton Agung Sejagat, Rabu (15/1/2020).

Batu yang disebut ‘ Prasasti Ibu Bumi Mataram II ‘ itu memiliki tanda jejak sepasang telapak kaki, logo Keraton Agung Sejagat, dan tulisan berbahasa Jawa. Batu itu ditutupi mori dan dilengkapi dengan aneka sesaji.

Saat para anggota keraton berkumpul terdengar suara bernyanyi dan bertepuk tangan. Aktivitas inipun diprotes warga dengan melayangkan surat ke pihak ‘istana’ karena tak jauh dari lokasi ada musala yang digunakan untuk ibadah warga.

“Kita merasa dilecehkan, di sini ada musala,” terang Amat.

Cerita soal kegiatan Keraton Agung Sejagat disampaikan oleh salah satu pengikut atau punggawa bernama Setiyono Eko Pratolo (58). Eko menuturkan salah satu yang membuatnya berminat mengikuti Keraton Agung Sejagat  itu karena ‘raja’ Toto suka bercerita isi ‘Serat Joyoboyo’.

“Dari trah (silsilah keturunan), beliau terus cerita Joyoboyo. Saya berpikir kok kayanya benar. Tapi yang jadi janggal buat saya, kan saya bukan asli Pogung. Dulu itu di Purworejo apa iya ada keraton. Itu yang jadi pertanyaan pribadi saya,” kata dia.

Baca Juga  DPRD Bahas Raperda Suntikan Dana ke BPD, Naik Jadi Rp 75 Miliar

“Saya belum pernah dengar. Tapi dari sejarah yang diungkapkan oleh Toto, saya masih bisa menerima,” ungkapnya.

Eko bercerita selama menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat para pengikut atau punggawa diharuskan mematuhi sejumlah peraturan. Salah satunya tidak boleh membawa hand phone (HP) selama berada dalam keraton maupun saaat kirab.

“Bahkan kami pegang HP saja tidak boleh,” ujarnya.

Eko juga menuturkan soal adanya aturan dalam kirab berkuda yang dilakukan Raja Toto dan Ratu Fanni Aminadia itu. Eko menyebut perlakuan khusus bagi yang memiliki pangkat diperbolehkan naik kuda di belakang raja dan ratu Keraton Agung Sejagat.

“Kalau saya jalan, tapi untuk raja, permaisuri, dan yang bintang empat menunggang 15 kuda,” jelasnya.

Saat kirab itu, rombongan  Keraton Agung Sejagat diiringi dengan musik drum band lengkap dengan para prajurit yang membawa tombak dan sebagainya. Raja Toto dan Ratu Fanni berpakaian layaknya keluarga kerajaan dan memakai mahkota.

Cerita kirab yang meriah ini juga disampaikan salah seorang penjaga Gunung Tidar di Magelang, Heri Setyawan (50).

Heri menuturkan peristiwa kirab itu terjadi sekitar Mei 2019 lalu di Gunung Tidar, Magelang. Kala itu Toto dan Fanni terlihat memakai seragam kebesaran mereka, sementara para pengikutnya memakai pakaian ala prajurit hingga jubah warna putih.

Di Gunung Tidar ini rombongan Toto itu melakukan ritual yang disebut Ruwat Mataram Bumi Mandala. Dalam ritual itu mereka melakukan arak-arakan dengan diiringi musik drum band.

“Saya kaget lihat televisi ada berita raja itu. ‘Lho itu kan yang dulu naik (ke Gunung Tidar), Romo Toto’. Pakaian ya mirip yang di TV itu. Saya terus lihat HP, coba lihat foto-foto ternyata sudah kehapus,” kata Heri Setyawan.

Baca Juga  Kedatangan 32 Pekerja TA dari Surabaya, Disnaker : Tanpa Surat Pemberitahuan, Malah 14 TKA akan Masuk Lagi

Ruwatan tersebut berlangsung pada malam hingga dini hari. Rombongan itu juga sempat memotong puluhan ayam dan darahnya dikubur di sekeliling Tugu Sa yang berada di puncak Gunung Tidar. Kegiatan ruwatan itu lalu dilanjutkan dengan doa bersama dan rebutan tumpeng.

“Di atas motong ayam. Terus darahnya dikubur sekeliling tugu,” jelas Heri.

Heri mengaku janggal dengan kegiatan tersebut. Dia lalu mengambil foto ruwatan yang dilakukan ‘Raja’ Toto dan ‘ Ratu’ Fanni itu.

“Cuman janggal saja, keraton kok pengikutnya datang dari mana-mana. Setelah bubaran itu, saya sempat membersihkan dapat seekor ayam, terus saya kasihkan tetangga,” kenangnya.

Saat ini Toto dan Fanni masih diperiksa di Mapolda Jawa Tengah. Mereka dijerat pasal soal penipuan dan juga berbuat onar. Mereka mensyaratkan setor uang dan dijanjikan jabatan serta gaji jika ingin bergabung dengan keratonnya. (detik.com)

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply