KITAMUDAMEDIA – Garam dapur berasal dari air asin laut yang mengalami penguapan dan menjadi berbentuk kristal-kristal garam. Setelah itu kristal garam akan mengalami pemurnian untuk menyingkirkan mineral-mineral lainnya selain natrium klorida yang merupakan zat utama dalam garam.
Umumnya garam dapur juga difortifikasi dengan yodium untuk mencegah kekurangan yodium, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, serta gangguan metabolisme tubuh.
Meski mengonsumsi garam dapur sering dianggap tidak baik karena dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, pada dasarnya tubuh membutuhkan garam untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, memperlancar hantaran aliran listrik di saraf, dan berperan dalam kontraksi otot.
Garam merupakan salah satu bumbu dapur yang hampir selalu digunakan untuk membumbui masakan. Ada beberapa jenis garam yang dapat digunakan, salah satunya ialah garam himalaya.
Konon garam himalaya disebut lebih sehat daripada garam dapur biasa. Alasan tersebut lantas membuat beberapa orang mengganti garam dapur mereka dengan garam himalaya. Lantas apa sebenarnya perbedaan garam dapur dan himalaya?
Garam dapur atau garam meja dibuat dengan cara mengekstraksi endapan alami dan dipanaskan menggunakan suhu hingga 1.200 derajat Fahrenhait atau 648 derajat Celcius. Proses tersebut lantas membuat kandungan mineral dalam garam dapur berkurang.
Penambahan yodium pada garam dapur merupakan tindakan pencegahan untuk melawan kekurangan yodium. Ada juga yang menyebut bahwa garam dapur atau garam meja ditambahkan dengan zat aditif yang biasa disebut dengan anti-caking agents.
Tujuannya supaya garam tidak mudah menggumpal. Meski begitu, garam dapur tetap aman dikonsumsi karena terdiri dari 97 persen atau lebih natrium klorida murni.
Garam dapur memiliki kandungan natrium yang lebih tinggi dan garam himalaya lebih tinggi kandungan mineral lainnya.
Lebih mudahnya, dalam satu gram garam dapur terkandung kurang lebih 381 miligram natrium dan 0,01 miligram zat besi.
Sementara dalam satu gram garam himalaya terkandung 368 miligram natrium dan 0,03 miligram zat besi.
Berikut uraian rincinya:
- Garam dapur: kalsium 0,03 persen, potasium 0,09 persen, magnesium 0,01 persen, zat besi 0,01 persen, dan sodium 39, 1 persen.
- Garam himalaya mengandungan kalsium 0,16 persen, potasium 0,28 persen, magnesium 0,1 persen, zat besi 0,0004 persen, dan sodium 36,8 persen.
Sebetulnya tidak bisa disimpulkan mana yang lebih baik karena hingga saat ini belum ada penelitian yang membandingkan efek dari penggunaan garam himalaya maupun garam dapur. Meski begitu kamu boleh mengganti garam dapur dengan garam himalaya jika ingin mengurangi konsumsi yodium atau menghindari zat aditif.
Namun, perlu diingat juga bahwa tubuh tetap membutuhkan yodium, sehingga kamu harus mencukupinya dengan mengonsumsi makanan lain, misalnya telur atau rumput laut
Terlepas dari jenis garam yang dipilih, hal yang perlu diingat adalah perlunya membatasi jumlah garam yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya. World Health Organization (WHO) menyarankan konsumsi garam per hari adalah 3,5-4 gram. Jumlah ini sudah termasuk dengan makanan sehari-hari yang sudah mengandung garam, seperti keripik, kentang goreng, sosis, kornet, dan sejenisnya.
Anda tidak dianjurkan untuk mengonsumsi garam lebih atau kurang dari 3,5-4 gram sehari. Sebab mengonsumsi garam lebih dari batas tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, asupan garam yang terlalu sedikit dapat menyebabkan tubuh kekurangan natrium, yang bisa berujung pada gangguan saraf dan penurunan kesadaran. (Redaksi)