KITAMUDAMEDIA – Mainan lato-lato kini ngetren di banyak tempat. Seiring hype-nya, banyak warga mengeluh gegara suara bising ala lato-lato kerap kali mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain, khususnya ketika dimainkan di tempat umum.
Kini, sudah ada tempat-tempat termasuk sekolah yang melarang anak-anak membawa lato-lato.
Dikutip dari detikJabar, larangan itu dicetuskan pihak Dinas
Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat menjelang libur sekolah berakhir.
Pasalnya, suara lato-lato bisa mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
berlangsung mulai hari ini.
“Lato-lato juga bukan alat untuk mendukung
pembelajaran kan, jadi tidak boleh dibawa ke sekolah,” kata Kepala Bidang
SD pada Disdik Bandung Barat Dadang A Sapardan saat ditemui, Jumat (6/1/2023).
“Faktor keselamatan juga jadi pertimbangan
karena bisa mencelakakan, misalnya kalau talinya putus atau terlempar saat
dimainkan, jadi memang sebetulnya membahayakan,” sambungnya.
Hal tersebut ikut disoroti oleh psikolog anak dan
keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, atau yang akrab disapa Nina.
Menurutnya, larangan permainan lato-lato bukan hanya berkaitan dengan
kenyamanan orang sekitar, melainkan juga keamanan anak yang bermain.
“Kalau tentang larangan di sekolah,
sepertinya bukan hanya gangguan suara, tapi juga terkait dengan bahayanya
lato-lato ini. Kalau dimainkan terlalu keras, dikhawatirkan lato-lato ini
pecah. Walaupun (kabarnya) bahan plastik yg digunakan tidak sebahaya bahan kaca
yg digunakan lato-lato masa lalu, tapi kan bahaya juga kalau pecahannya
berserak apalagi kena mata,” ungkapnya pada detikcom, Senin (9/1).
“Lalu kan juga bahaya kalau misalnya lagi
memutar-mutar lato-lato , lalu terlempar. Kan bisa kena ke orang lain atau ke
kaca. Jadi seperti terpukul kan. sakit kan,” sambung Nina.
Nina juga menjelaskan, memang betul mainan
lato-lato ini berisiko membuat orang lain di sekitar jengkel. Pasalnya, tidak
semua orang nyaman dengan bunyi tidak beraturan yang terdengar terus-menerus.
“Mainan lato-lato ini bisa membuat jengkel
orang-orang karena suaranya kan sebetulnya cukup keras ya, apalagi kalau jarak
antara si pemain dengan dirinya cukup dekat,” ungkapnya.
“Selain itu, nggak semua orang suka dengan
bunyi non ritmis (yang tidak beraturan), padahal kalau anak baru belajar kan
biasanya gak ritmis ya. Yang ritmis juga bisa menyebalkan sih kalau terlalu
keras dan terus-terusan,” pungkas Nina. (detik)
Editor : Redkasi KMM