KITAMUDAMEDIA,Bontang- Beberapa warganet mengeluhkan cuaca pada April 2024 yang terasa sangat panas.
Hal tersebut mereka utarakan melalui media sosial X dalam beberapa hari terakhir.
Menurut akun @ChopinHeat31535, Kamis (18/4/2024), ia merasa suhu ketika siang hari sangat panas.
Akun @vel_coffeelover juga mengatakan, cuaca sudah terasa panas pada Rabu (17/4/2024).
Meski begitu, ada pula warganet yang mengaku wilayahnya diguyur hujan pada malam hari walau cuaca ketika siang hari terasa panas.
“Siang panas untungnya malam ini hujan,” cuit akun @iyabercerita, Kamis.
“kedua nya seimbang di sini… pagi hingga siang sangat panas… dan…sore hingga malam hujan deras…,” kata akun @ArumMel39111939, Jumat (19/4/2024).
Jawaban BMKG
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto buka suara soal keluhan warganet yang mengaku cuaca ketika siang hari terasa panas akhir-akhir ini.
Ia mengatakan, panas atau tidaknya cuaca harus didasarkan pada data pengamatan harian.
“Penyebutan suhu itu normal berdasarkan data observasi suhu harian. Didasarkan pada data pengamatan harian,” ujar Guswanto kepada Kompas.com, Kamis (18/4/2024).
Berdasarkan catatan BMKG, beberapa wilayah mencatatkan suhu di atas 35 derajat Celsius pada 17-18 April 2024 pukul 07.00 WIB.
Sesuai data Stasiun Meteorologi Djalaluddin di Gorontalo, suhu pada periode tersebut mencapai 35,9 derajat Celsius.
Sementara suhu yang tercatat di Stasiun Meteorologi Sis-Al Jufri di Palu mencapai 35,8 derajat Celsius dan Stasiun Meteorologi Budiarto di Curug, Tangerang, mencapai 35,6 derajat Celsius.
Indonesia berpotensi dilanda cuaca ekstrem
Meski warganet mengaku cuaca terasa panas akhir-akhir ini, Guswanto justru menyampaikan, Indonesia berpotensi dilanda cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas yang bervariasi pada 16-21 April 2024.
Cuaca ekstrem selama periode tersebut disebabkan oleh aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer, yakni gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial, gelombang atmosfer Kelvin, dan sirkulasi siklonik.
Guswanto menerangkan, Rossby Ekuatorial diperkirakan aktif di sebagian wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian tengah hingga timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian tengah hingga utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
“Dapat meningkatkan potensi hujan di wilayah tersebut dalam sepekan ke depan,” ujarnya.
Kemudian, gelombang atmosfer Kelvin diperkirakan aktif di wilayah Sumatera dalam sepekan ke depan yang dapat memicu adanya potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
“Sementara itu, diketahui bahwa sirkulasi siklonik terpantau berada di Laut Cina Selatan Utara Kalimantan dan Samudra Pasifik utara Papua,” terang Guswanto.
Sirkulasi-sirkulasi tersebut membentuk daerah konvergensi memanjang dari Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat, di laut Seram dan dari papua barat hingga Papua Pegunungan serta membentuk daerah konfluensi Laut Sulu dan Laut Seram hingga Teluk Cendrawasih,” tambahnya.
Ia menyampaikan, labilitas atmosfer pada skala lokal yang terpantau masih cukup kuat juga mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
“Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang,” imbuh Guswanto.
Sebagian besar Sumatera terutama bagian pesisir barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Pesisir utara Sulawesi Utara Maluku Maluku Utara Sebagian besar Papua.
Andri meminta masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir, agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.
“Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang,” tuturnya.(kompas)
Editor : Redaksi