KITAMUDAMEDIA, Semarang – Era Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dinilai mulai menciptakan “petaka” bagi keberlanjutan industri media. Indikasi ini diperkuat dengan meningkatnya dominasi konten kreator atau influencer yang minim kontrol, berbanding terbalik dengan penurunan peran media sebagai pengawas (watchdog).
Isu krusial ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Sustainability Media di Era Digital” yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan DPRD Provinsi Jawa Tengah di Studio Dreamlight World Media (DWM), Ungaran Barat, Rabu (29/10/2025).
CEO Info Media Digital Tempo, Anak Agung Gde Bagus Wahyu Dhyatmika (akrab disapa Bli Komang), mengungkapkan kekhawatiran serius terkait dampak AI.
“AI overview telah membuat penurunan derajat media,” tegas Bli Komang.
Ia menambahkan bahwa situasi ini adalah tantangan global yang berat. Pergeseran perilaku audiens yang mulai mengklik Chat GPT alih-alih situs berita, ditambah dengan turunnya belanja iklan yang berpindah ke platform non-berita seperti YouTube, TikTok, dan Instagram, semakin menekan bisnis media konvensional.
Akibatnya, fungsi utama media sebagai pengawas (watchdog) terancam hilang. Hal ini diperburuk oleh pertumbuhan konten kreator (influencer) yang tidak memiliki kontrol atau akuntabilitas selayaknya media profesional.
“Dalam satu tahun ke depan, orang akan klik Chat GPT bukan ke media,” ujar Bli Komang, menekankan urgensi perubahan.
Diskusi yang juga menghadirkan Wakil Ketua Dewan Pers, Totok Suryanto, Anggota Komisi E DPRD Prov Jateng, Dipa Yustia Pasa dan Tietha Ernawati Suwarto, Anggota Komisi A DPRD Jateng ini menyepakati bahwa industri media berada di persimpangan jalan dan harus segera bertransformasi.
Menurut Bli Komang, solusi untuk menyelamatkan keberlangsungan media dan mencegah dominasi influencer tak terkontrol adalah melalui trilogi penguatan. “Maka harus sesegera mengubah sistem, agar influencer tidak menjadi dominan karena tidak memiliki kontrol.
Solusinya adalah penguatan regulasi, bisnis dan teknologi,” tambahnya.
Kekhawatiran utama adalah memastikan media tetap relevan dan terpercaya di tengah “petaka” AI dan ledakan konten tak terverifikasi dari para influencer.
Reporter : Bambang Iss | Editor : Redaksi



