
KITAMUDAMEDIA, Kutai Timur — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menatap masa depan dengan optimisme baru dalam pengelolaan lingkungan.
Melalui Focus Group Discussion (FGD) Kajian Kelayakan Teknis, Ekonomi, dan Lingkungan pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), Pemkab Kutim ingin menjadikan pengelolaan sampah sebagai pilar ekonomi baru berbasis keberlanjutan.
FGD yang digelar di Hotel Victoria Sangatta, Rabu, 12 November 2025 ini dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat dan pakar lingkungan. Forum tersebut membahas potensi ekonomi dari pengelolaan sampah, mulai dari daur ulang hingga pemanfaatan limbah menjadi energi alternatif.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkab Kutim, Noviari Noor, menjelaskan bahwa paradigma pengelolaan sampah harus diubah dari beban menjadi peluang.
“Kita tidak lagi melihat sampah sebagai masalah. Justru, ini adalah sumber daya ekonomi yang bisa menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi sirkular di daerah,” ujarnya.
Ia menyebut, keberadaan TPST akan menjadi pusat inovasi pengelolaan sampah terpadu di Kutim. Fasilitas ini akan menggabungkan sistem pemilahan, daur ulang, dan pengolahan limbah organik menjadi kompos atau energi terbarukan.
Dengan sistem tersebut, pemerintah berharap bisa menekan volume sampah ke TPA hingga 70 persen.
Selain itu, Noviari menilai pembangunan TPST juga akan mendukung pertumbuhan sektor usaha mikro dan kecil (UMKM) berbasis daur ulang. Produk turunan dari limbah non-organik, seperti plastik dan logam, dapat diolah menjadi bahan baku industri kreatif.
“Kalau dikelola dengan baik, pengelolaan sampah bisa membuka peluang ekonomi hijau yang nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
FGD ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengembangkan model pengelolaan sampah yang berdaya saing.
Pemerintah akan menyiapkan kebijakan pendukung dan insentif agar sektor swasta dan pelaku usaha lokal ikut berperan aktif.
Pemerintah berharap hasil kajian ini dapat menjadi dasar kebijakan jangka panjang bagi Kutum dalam membangun ekonomi berkelanjutan.
Dengan sistem yang tepat, pengelolaan sampah bisa menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian alam.
Noviari menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan harus menjadi bagian dari pembangunan ekonomi daerah.
“Kita ingin tumbuh tanpa merusak. Pengelolaan sampah modern akan menjadi pilar ekonomi hijau baru bagi Kutim,” pungkasnya.(ADV)



