Cerita Ahmad di Tengah Pandemi : Ketika Gulali Tak Lagi “Manis”

KITAMUDAMEDIA, Bontang – Ahmad, pria bertopi abu – abu itu berkeliling memacu kendaraan roda duanya, menyusuri gang demi gang, menengok apakah ada gerombolan anak kecil yang tengah asik bermain? jika ada, maka sigap dirinya menghentikan motor dengan harapan dagangannya laku.

Hampir 20 tahun, warga Rawa Indah itu berjualan gulali, jajanan manis berbahan dasar gula di era anak 90-an yang masih eksis hingga kini. Biasanya Ahmad menjajakan gulali di sekolah – sekolah dari pagi hingga sore, Senin – Sabtu. Keuntungan yang diperoleh pun cukup untuk membiayai hidupnya beserta keluarga.

Namun, sejak wabah corona atau covid-19 menyerang seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, ada kesedihan yang menjeratnya. Bagaimana tidak, siswa – siswi  yang biasa menyerbu gerobak gulalinya setiap kali bel istirahat berbunyi atau saat jam pulang sekolah, hampir satu bulan terakhir tidak ada lagi. Lantaran semua sekolah diliburkan untuk menghindari penyebaran virus menakukan tersebut.

Sambil meladeni bocah – bocah, Ahmad bercerita betapa sulitnya mendapat pembeli gulali sejak sekolah diliburkan, yang biasanya sehari bisa mengantongi keuntungan ratusan ribu, sekarang 25 ribu saja belum tentu, apalagi dengan harga jual hanya 2 ribuan. “ Biasanya mangkal di sekolahan, sekarang pada libur, sepiiii… ga ada pendapatan. Dapat 25 ribu aja syukur – syukur,” keluhnya.

Bahkan, Ahmad mengaku untuk membeli gas agar bisa masak sehari – hari saja, dirinya terpaksa menjual ayam kampung peliharaannya. Belum lagi belakangan ini harga gula mengalami kenaikan, yang biasanya setengah kilogram hanya 6 ribu rupiah sekarang naik menjadi 10 ribu rupiah.

“ Ahh…susahh mbak, saya loh sampai jual ayam cuma buat beli gas 30 ribu dan buat makan,  ga tahu lagi wes mbak,” ungkapnya dengan logat jawa.

Baca Juga  Pagelaran Reog dan Kuda Lumping dari Gebyar jadi Ambyar karena Pandemi

Keluhan lain terlontar dari pria berusia sekira 40 tahun tersebut, bantuan pemerintah yang dijanjikan sebesar 500 ribu rupiah hingga saat ini belum juga dibagikan. Sementara tidak ada yang tahu kapan wabah ini akan berakhir. 

“ Bantuan pemerintah yang 500 ribu itu juga mana? belum ada, di data – data aja terus, sudah mau satu bulan. Saya sudah sms anggota dewan juga nggak ada hasilnya. Nggak tahu lagi kita ini mbak orang kecil,” ucapnya dengan nada sedih bercampur kesal.

Ahmad berharap, kondisi bisa kembali pulih, pandemi ini cepat berlalu, anak – anaknya bisa kembali bersekolah dan gulalinya kembali laris manis.

Reporter : Atiek Puji 

Editor  : Kartika Anwar 

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply