KITAMUDAMEDIA, Bontang – Hamparan pohon cemara menyambut kedatangan kami di pulau berjuluk pantai Panrita Lopi. Pantai ini berada wilayah Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Nama Panrita Lopi dipilih sebagai identitas kampung halaman sang empunya, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pemilik pantai, Ahmad atau yang kerap dipanggil Daeng Lompo menceritakan Panrita artinya pencipta, sementara Lopi adalah kapal. Konon masyarakat Bulukumba terkenal sebagai pembuat kapal, seperti cerita perahu pinisi yang tersohor. Dari nama itu, Daeng Lompo berharap orang – orang sekampungnya bisa tahu dan terkumpul untuk silaturahmi di tempat wisata pantai Panrita Lopi.
“ Tahukan cerita kapal pinisi yang dari Bulukumba? Ya… itu kenapa saya kasih nama Panrita Lopi, artinya pencipta kapal. Biar khas dan orang – orang sekampung saya langsung tahu, dan bisa kumpul disini,” ungkapnya.
Butuh sekira 1,5 jam untuk sampai ke dermaga penyeberangan dari Bontang, jika melalui jalan alternatif Bontang – Muara Badak. Begitu tiba di pelabuhan, perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan kapal kayu untuk menuju pantai lorong cemara tersebut. Sekira 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri perairan Muara Badak.
Begitu sampai, perahu kayu, ketinting merapat ke tangga kecil yang terbuat dari kayu ulin. Semua penumpang turun, termasuk kami. Seketika mata dimanjakan dengan hijaunya pohon cemara yang berjajar membentuk lorong.
Tak begitu jauh, keindahan pantai Panrita Lopi nyata di pelupuk mata, membuat pengunjung tidak sabar untuk bersantai di bawah dedaunan cemara nan hijau .
Suasana teduh, sejuk dan bersih membuat lokasi ini menjadi tempat favorit wisatawan untuk camping. Selain itu, murah meriah. Cukup mengeluarkan uang 30.000 per orang. 15.000 untuk biaya penyebrangan (pulang – pergi) dan 15.000 lagi sebagai kontribusi di lokasi pantai dengan semua fasilitas free, mulai dari toilet, gazebo dan air bersih.
Warna warni tenda dan hammock menambah kesan indah dan seru. Memang area hutan cemara ini menjadi area utama. Jika berjalan keluar maka hamparan bibir pantai nampak tak kalah seksi.
Setiap akhir pekan, seperti hari ini, Sabtu (6/6/2020) pantai Panrita Lopi dipadati pengunjung. Ada yang sekedar menikmati suasana pantai, ada yang bersiap menghabiskan malam di lahan seluas 170 x 80 meter tersebut.
Dijelaskan Daeng Lompo, pengunjung membludak setiap akhir pekan, bisa lebih dari 700 pengunjung. Sementara pada hari kerja (Senin – Jumat) rata – rata bisa mencapai lebih dari 200 pengunjung.
“ Hari Sabtu ini (6/6/2020) dari pagi sampai malam ada 757 orang yang datang. Banyak yang camping juga. Allhamdulillah ramai lagi setelah sempat tutup selama 3 bulan sejak corona,” jelasnya.
Membuat tempat wisata seperti Panrita Lopi bukan tanpa perjuangan. Ahmad bercerita,tidak hanya soal materi tapi ketekunan dan kesabaran. Icon pohon cemara yang tersusun rapi dan indah di tanam sendiri olehnya. Kurang – lebih 2 tahun, batang – batang cemara nampak kokoh dan daunnya membuat lokasi ini teduh dengan angin semilir.
“ Lahan ini dibuka sekitar 2016, tadinya rawa kemudian ditimbun sampai seperti ini,” tambahnya.
Tempat wisata murah meriah
Pengunjung yang datang tanpa persiapan tak perlu khawatir, disini juga menyediakan berbagai kebutuhan camping, semua disewakan dengan harga ekonomis. Hammock atau ayunan kain seharga 15 ribu rupiah, tenda kisaran 100.000 sampai 120.000 tergantung kapasitasnya dan tikar 10.000. Sementara kebutuhan air dan listrik gratis. Beberapa warung juga buka 24 jam, jadi dijamin tidak akan kelaparan dan kehausan.
Reporter : Atiek Puji
Editor : Kartika Anwar