Awesome Logo
Tersedia ruang iklan, informasi hubungi 08125593271                    Segenap Pimpinan dan Redaksi Kita Muda Media Mengucapkan Marhaban ya... Ramadhan 1442 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin                    Patuhi Protokol Kesehatan dan Jaga Imunitas                    Follow Medsos KITAMUDAMEDIA FB : kitamudamedia, Fan Page FB : kitamudamedia.redaksi, IG : kitamudamedia.redaksi, Youtube : kitamudamedia official                                   Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1442 H                         

Menanti Vaksin HPV Masuk Sekolah di Bontang Kalimantan Timur

KITAMUDAMEDIA, Bontang – Kementerian kesehatan Indonesia telah menetapkan vaksin kanker serviks atau vaksin HPV (human papilloma virus) sebagai vaksin wajib pada Program Imunisasi Nasional. 

Dengan keputusan itu vaksinasi untuk kanker serviks masuk dalam 14 vaksinasi wajib untuk anak-anak, khususnya anak perempuan. 

” Vaksin untuk kanker serviks (HPV) akan diberikan gratis pada kegiatan BIAS, ditargetkan menyasar 889.813,” jelas direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, beberapa waktu lalu. 

Dilansir dari rilis Kementerian Kesehatan, 889.813  sasaran yang disebut adalah anak usia sekolah, kelas 5 dan 6 sekolah dasar (SD).

Vaksin HPV ini dianggap penting karena setiap tahun, ada sekitar 14.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan lebih dari 7.000 orang meninggal dunia akibat penyakit ini. Berarti dalam setiap satu jam, terdapat satu orang wanita yang meninggal dunia karena kanker serviks atau kanker rahim, dengan prevalensi dalam lima tahun sekitar 64,9 persen.

Di Bontang Kalimantan Timur, jumlah penderita kanker servik cukup tinggi. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang Drg Toetoek Pribadi Ekowati penderita kanker serviks di Kota Bontang dalam 3 tahun terakhir sebanyak 30 orang.

Meskipun kanker servik berbahaya, pemberian imunisasi HPV untuk anak bukanlah persoalan mudah. 

Pemahaman orang tua terhadap pentingnya imunisasi tersebut ditambah ketakutan terhadap efek samping menjadi tantangan tersendiri. 

Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) nyatanya juga belum tentu menjamin program pemberian imunisasi baru pada anak akan mendapat respon baik dari para orang tua. 

Kepala Sekolah SD 001 Bontang Utara, Yani Astutik, mengatakan perlu pendekatan khusus pada orang tua agar mengizinkan anaknya divaksin HPV. Hal ini sama seperti saat pemberian vaksinasi Covid-19. Setidaknya ada 208 murid perempuan  usia 9 – 12 Tahun atau siswi kelas 3 hingga 6, yang menjadi sasaran imunisasi HPV di SD 001 Bontang Utara.

” Kami harus melakukan beberapa kali sosialisasi dan pendekatan khusus, supaya orang tua mau anaknya divaksin. Memang sebagian besar orang tua siswa menolak karena termakan rumor atau hoax tentang efek samping vaksin, dari yang berbahaya, sampai haram, ” ungkap Yani. 

Baca Juga  Tiga Capres Dipanggil Jokowi ke Istana, Cawapres Tak Diundang

Sewaktu pemberian vaksin untuk Covid-19, salah satu strategi yang dilakukan sekolah adalah melibatkan komite sekolah dan paguyuban kelas. Mereka untuk membantu sekolah memberikan edukasi masif  kepada orang tua. 

Sekolah juga meminta tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat untuk memberikan informasi lengkap dan jelas tentang manfaat imunisasi pada anak. 

” Terkadang orang tua itu perlu dapat informasi langsung dari ahlinya jadi tidak termakan berita yang simpang siur, kemudian menolak anaknya diimunisasi, ” imbuhnya. 

Saat itu hasil kampanye vaksinasi Covid-19 cukup signifikan. Respons wali murid naik menjadi 80 persen yang semula hanya sekitar 40 persen. 

” Metode yang sama harus digunakan untuk vaksin HPV, seperti vaksin COVID-19, pendekatan khusus terbukti lebih optimal. Kalau orang tuanya paham pasti anaknya diizinkan suntik,” tambahnya. 

Imunisasi HPV Aman untuk Anak 

Data Globocan tahun 2020 menyebutkan terdapat 36.633 kasus baru kanker leher rahim dengan kematian diperkirakan sebanyak 21.003 orang. 

Sementara Indonesia memiliki insiden dan kematian tertinggi di antara negara – negara di Asia Tenggara, yaitu sebesar 24,4/100.000 penduduk dengan kematian sebesar 14,4 / 100.000. Diketahui 95% Ca Cervix disebabkan oleh infeksi HPV. 

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini umumnya berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut. 

Menurut dokter spesialis  kandungan dr. Fakhruzzabadi, SpOG, MKes kanker serviks sampai saat ini masih merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, bahkan sebagai kanker penyebab kematian terbanyak di negara kita. 

Sayangnya kanker serviks kebanyakan ditemukan telah stadium lanjut. Akhirnya terapi secara maksimal sulit diberikan dan hanya bersifat paliatif. 

“ Kebanyakan terpaksa kita rujuk untuk dilakukan Kemoterapi dan Radioterapi saja. Dan beberapa kasus akhirnya meninggal karena komplikasi akibat stadium lanjut kanker serviks ini.” kata dokter kandungan ini.

Yang mencengangkan, usia wanita yang terkena kanker serviks bukan hanya mereka yang berusia lanjut, bahkan ada yang masih berusia 20-an tahun.

Kebanyakan wanita tidak mengetahui mereka terkena kanker serviks, karena stadium awal hampir tanpa gejala sama sekali. Gejala keputihan abnormal dan perdarahan di luar siklus haid atau setelah berhubungan seksual biasanya muncul di stadium lanjut.

Baca Juga  Songsong IKN, Dispora Kaltim Adakan Pelatihan Kecakapan Hidup di Bontang

Selanjutnya dr. Fakhruzzabadi mengatakan ada dua hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan kanker serviks, yakni skrining lewat pemeriksaan Pap Smear  yaitu tes untuk menguji keberadaan sel pra-kanker atau kanker pada serviks dan melakukan vaksinasi HPV. 

Dia menjelaskan bahwa penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti.  Namun penelitian menunjukkan lebih 90 persen kanker serviks terkait dengan virus HPV, yang menular melalui hubungan seksual. Oleh karena itu vaksin sebaiknya diberikan sebelum melakukan hubungan seksual pertama kali. 

“ Paling baik diberikan saat anak usia 9 tahun. Dosisnya sebanyak 2 kali dengan jarak waktu 6 bulan. Sedangkan untuk remaja dan dewasa diberikan 3 kali,” jelasnya.

Orang tua tidak perlu terlalu khawatir anaknya mendapatkan vaksin, karena relatif aman. Secara umum sama seperti vaksin lain, efek samping yang bisa timbul berupa nyeri, bengkak di daerah suntikan, mual muntah, pusing atau pingsan. Tapi dampak itu sangat jarang terjadi pada pemberian vaksin HPV.

“ Efek samping vaksin HPV secara khusus tidak ada. Secara umum sama seperti efek samping vaksin lainnya, tapi sangat jarang terjadi. Orang tua tidak perlu khawatir, justru bagus anak di imunisasi HPV dari usia 9 tahun,” papar dokter spesialis kandungan tersebut.

Dokter ini mengatakan kalau vaksinasi HPV sangat efektif untuk mencegah kanker serviks. Akan tetapi tidak ada jaminan 100 persen tidak terkena kanker serviks. 

“Jadi, Meskipun sudah melakukan vaksinasi, pada orang dewasa yg sudah aktif berhubungan seksual tetap wajib melakukan skrining kanker serviks dengan Pap Smear,“ tambah dr Fakhruzzabadi lagi. 

Meskipun kanker serviks ini sangat berbahaya kesadaran para perempuan untuk melakukan pencegahan kanker serviks melalui imunisasi HPV sangat rendah. Salah satu penyebabnya karena mahalnya harga vaksin HPV. 

Wakil Direktur RSUD Taman Husada Bontang, Muhammad Aspiannur menjelaskan tarif  imunisasi HPV dibanderol Rp 1,2 juta per sekali suntik. Perlu 3 kali suntik, total Rp 3,6 juta. 

Baca Juga  Pemkab Siapkan Anggaran Rp10 Miliar untuk Beasiswa Kutim

Tak hanya mahal, pasien harus melakukan pemesanan terlebih dahulu dan menunggu vaksin tersedia 1 hingga 2 minggu, tergantung ketersediaan vaksin pada distributor. 

” Hingga saat ini belum ada masyarakat yang datang untuk meminta vaksin HPV. Tapi jika ingin divaksin bisa pesan dulu melalui klinik Obgyn di Rumah Sakit kami, ” katanya.

Capaian Imunisasi HPV bisa tercapai?

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Bontang, mencatat capaian imunisasi tahun 2021 sebesar 81,7 persen. Pelaksanaan BIAS dinilai sangat optimal untuk mempercepat tercapainya target imunisasi lengkap di Kota Bontang, terbukti tahun 2021 capaian imunisasi MR ( Measles Rubella) 81,5 persen, DT (Diphteria Tetanus) 80,4 persen dan Td (Tetanus Diphteria)  83,4 persen.  

Melihat angka tersebut, Drg Toetoek Pribadi Ekowati, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang optimis pelaksanaan program imunisasi HPV sangat mungkin tercapai karena sasaran sudah terorganisir di sekolah dengan siswi usia 9 – 14 tahun.

“ BIAS sudah berjalan baik. Untuk sosialisasi selama ini kita menggunakan komunikasi dua arah. Memberikan pemahaman pada orang tua tentang pentingnya imunisasi, juga melibatkan pendekatan tokoh agama. Selain itu, seluruh kader posyandu aktif melakukan pendataan terhadap balita dan anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap,” ungkapnya.

Dahlia (35) adalah salah satu wali murid yang memiliki anak perempuan berusia 9 tahun. Dia mengaku masih merasa takut kalau anaknya disuntik HPV. 

” [Kita] lihat saja nanti.  Belum tahu ada efek sampingnya atau tidak, lihat orang – orang dulu, kalau aman, ya tidak apa-apa, ” pungkas kata Dahlia. 

Berbeda dengan Dahlia,  wali murid yang lain Dhasvianty (41) mengaku sudah mendengar wacana imunisasi HPV. Baginya tak ada yang perlu ditakuti, justru beruntung anak – anak akan mendapatkan imunisasi gratis. 

” Bagus itu, saya setuju, karena kanker serviks memang sangat berbahaya. Bila perlu jangan cuma anak – anak, semua perempuan juga di imunisasi (HPV), ” kata ibu dua anak tersebut. 

Reporter : Kartika Anwar

Editor : Redaksi

Ikuti Fans Page Kami

Leave a Reply