Oleh: Hafsah (Pemerhati Masalah Umat)
Pahlawan tanpa tanda jasa, minim apresiasi, malah mendapat perlakuan kekerasan. Maraknya kasus kekerasan yang dilakukan murid terhadap guru menimbulkan keprihatinan luas. Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Mohammad Novan Syahronny Pasie, turut menyampaikan keprihatinannya. Ia menilai fenomena ini tidak hanya menghambat kinerja pendidik dalam menjalankan tugas, tetapi juga menimbulkan ketidaknyamanan di lingkungan sekolah.
Guru seharusnya dapat menjalankan tugasnya dengan nyaman dan aman, tanpa harus merasa terancam atau terintimidasi. Untuk itu, Novan mengajak pemerintah, masyarakat, dan pihak sekolah untuk bersinergi menciptakan lingkungan yang aman bagi para guru.
Namun, kasus kekerasan terhadap guru terus terjadi di berbagai daerah. Guru yang semestinya dihormati dan dijadikan teladan justru menjadi korban arogansi murid sendiri. Simpati yang berdatangan, termasuk dari pemerintah, tidak cukup untuk mengatasi masalah ini. Diperlukan langkah nyata agar kasus serupa tidak terus berulang.
*Tanggung Jawab Besar, Minim Apresiasi*
Bukan rahasia lagi bahwa gaji guru di Indonesia secara umum masih berada di bawah standar. Fenomena ini bertolak belakang dengan peran penting guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengingat tanggung jawab besar mereka, sudah seharusnya kesejahteraan guru mendapat perhatian lebih.
Namun kenyataannya, guru tidak hanya menghadapi masalah kesejahteraan, tetapi kini juga sikap arogan dari sebagian murid. Pertanyaan besar muncul: mengapa institusi pendidikan justru melahirkan murid dengan sikap brutal dan arogan?
Perilaku murid tentu tidak terbentuk begitu saja. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti kondisi keluarga, pergaulan bebas, pengaruh media sosial, hingga sistem pendidikan sekuler yang meminggirkan nilai-nilai agama.
Sistem pendidikan sekuler telah membawa dampak besar terhadap wajah pendidikan di Indonesia. Program seperti kurikulum merdeka yang dicanangkan pemerintah ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan intelektual dan sikap murid. Pergantian menteri dan program pendidikan seringkali lebih bernuansa politis dibandingkan berorientasi pada kebaikan murid.
Liberalisasi dalam sistem pendidikan justru menciptakan dampak negatif. Sekolah, yang semestinya menjadi tempat melahirkan generasi harapan bangsa, malah memproduksi pelajar dengan karakter preman.
Ini menjadi pekerjaan besar bagi kita semua. Generasi muda adalah tanggung jawab bersama. Ketika sistem pendidikan yang diterapkan tidak berbasis akidah, lahirlah generasi yang mungkin cerdas tetapi minim akhlak. Inilah hasil dari sistem pendidikan sekuler kapitalis yang mencetak karakter buruk pada peserta didik.
*Islam Memuliakan Guru*
Dalam Islam, adab terhadap guru menjadi bagian penting dalam menuntut ilmu. Sebelum meraih pendidikan tinggi, seorang murid diajarkan untuk memprioritaskan adab, khususnya terhadap gurunya. Adab yang baik menjadi fondasi penting dalam perjalanan menuntut ilmu.
Sebagaimana disampaikan oleh Fudhail bin ‘Iyadh:
“Orang alim yang mengajar dijuluki sebagai ‘orang besar’ di kerajaan langit.”
Pada masa Daulah Abbasiyyah, kesejahteraan guru sangat diperhatikan. Mereka mendapatkan gaji yang besar, baik untuk guru yang mendidik putra khalifah maupun tenaga pengajar di masyarakat umum. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada masa Daulah Umayyah juga mengambil kebijakan untuk mendukung aktivitas belajar-mengajar. Ulama diundang untuk mengajarkan agama kepada anak-anak suku pedalaman dengan gaji rutin yang layak.
Dalam sistem pendidikan Islam, akidah Islam menjadi dasar pemikiran dan metode pembelajaran. Tujuannya adalah membentuk pola pikir dan sikap yang Islami, sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang kuat, iman yang kokoh, dan terikat pada syariat Islam.
Penanaman nilai ini dimulai sejak dini dalam keluarga, yang merupakan madrasah pertama bagi anak. Sekolah berperan sebagai tempat menimba ilmu dan pemahaman. Hasilnya adalah individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, yang pada akhirnya menciptakan masyarakat bertakwa.
Dampak positif dari sistem pendidikan Islam adalah terciptanya masyarakat yang teguh memegang nilai-nilai kebaikan, menegakkan amar makruf nahi mungkar, serta menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
_Wallahu a’lam bisshowab._